Objek wisata Riam
Kinarum yang terletak di Desa Kinarum Kecamatan Upau ini selalu ramai
dikunjungi, terutama pada hari-hari libur atau akhir pekan. Objek wisata ini
menawarkan keindahan alam, yaitu berupa aliran sungai kinarum yang membentuk
sebuah jeram dan dihiasi dengan batu-batu besar. Disamping kanan-kiri sungai
terdapat tebing-tebing tinggi yang ditumbuhi oleh pohon-pohon besar.
Ketika hari libur Riam
Kinarum selalu ramai dikunjungi masyarakat baik karena akses menuju objek
wisata ini cukup dekat dan mudah. Orang-orang yang berkunjung ke tempat wisata
ini biasanya selalu mandi atau bermain di sungai Kinarum karena sungai ini
airnya bersih dan menyegarkan.
Namun, pada tahun 2010
tepatnya pada hari sabtu tanggal 11 September 2010 terjadi sebuah tragedi
banjir bandang di Sungai Kinarum yang memakan korban jiwa sebanyak 7 orang.
Kejadian itu terjadi ketika pengunjung sedang ramai, ada yang mandi di sungai
dan ada juga yang hanya bersantai-santai di tepi sungai. Waktu itu tanggal 11
September 2010 tepat pada peringatan hari raya Idul Adha dan juga musim hujan,
pada hari tragedi itupun sebenarnya sedang turun hujan tetapi pengunjung tetap
ramai berdatangan ke Riam Kinarum.
Ketika para pengunjung
sedang ramai bermain di sungai tiba-tiba air bah setinggi tiga meter datang
dari hulu dengan cepat (banjir bandang). Air bah yang datang berwana coklat dan
bercampur dengan material lumpur, kayu-kayu besar dan ranting-ranting. Melihat
air bah yang datang tiba-tiba para pengunjung panik dan berusaha menyelamatkan
diri. Namun karena air yang datang tiba-tiba banyak pengunjung yang tidak
sempat menyelamatkan diri dan terbawa arus. Tragedi inipun akhirnya memakan
korban jiwa yang berjumlah tujuh orang yang terdiri 6 orang perempuan dan satu
orang laki-laki. Tragedi ini menebabkan luka yang mendalam bagi kelurga korban
dan juga menjadi pelajaran bagi semua pengunjung wisata alam/sungai yang berada
di pegunungan.
Sementara itu, menurut
kacamata aktivis lingkungan, apa yang terjadi di Sungai Kinarum (11/9) lalu
merupakan fenomena alam yang mungkin saja terjadi di sungai-sungai lain di
Kalsel, yang berada di kawasan pegunungan. Dimana, air sungai bisa tiba-tiba
meluap dan mengalir deras, setelah terjadi hujan di kawasan pegunungan selama
berhari-hari. Apakah akan terjadi air bah atau tidak, tergantung dari kondisi
alam dan curah hujan yang terjadi di hulu.
Sejumlah sungai yang menjadi kawasan objek wisata, justru memiliki risiko ini,
termasuk Sungai Kinarum. Karena itu menurutnya, penting bagi para pemandu atau
siapa saja yang ingin berwisata di daerah sungai dengan riam-riam yang
menantang dan batu-batu besar, untuk memahami karakteristik sungai dengan baik.
Ada beberapa tanda alam yang bisa diketahui sebelum air bah terjadi. ”Biasanya
akan di dahului dengan ribuan suara burung yang berterbangan memutari sungai.
Sedangkan binatang hutan yang ada juga berlarian, hingga menimbulkan suara yang
gaduh dan berisik,”
Riam Kinarum sekarang
ini mulai ramai kembali dikunjungi oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan Riam
Kinarum mempunyai objek wisata baru, yaitu Bendungan Kinarum. Jika dulu
pengunjung hanya bisa menikmati indahnya sungai Kinarum beserta arus jeramnya,
kini pengunjung mempunyai alternatif lain yang bisa dinikmati. Bendungan
Kinarum ini tidak seperti bendungan-bendungan lain, Bendungan Kinarum hanya
memiliki luas 5 hektare. Namun walaupun demikian, Bendungan Kinarum tetap
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Pembangunan Bendungan
Kinarum di Desa Kinarum Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan
selain berfungsi membantu pengairan persawahan sekaligus menjadi objek wisata
andalan di wilayah ini, seperti dikutip di (http://www.borneonews.co.id/berita/27855-mengairi-lahan-persawahan-hingga-jadi-obyek-wisata)
Saat meninjau lokasi
pembangunan Bendungan Kinarum Bupati Tabalong Anang Syakhfiani di Tanjung, mengatakan, warga lokal yang mayoritas petani karet bisa mendukung
keberadaan bendung yang dibangun dengan dana Rp50 miliar ini sebagai lokasi
wisata di kabupaten yang terkenal dengan buah Langsatnya ini.
“Bendungan Kinarum nantinya selaian menunjang sistem pengairan sawah di Desa
Marindi, Desa Pangelak dan Desa Kinarum juga bisa menjadi tujuan wisata di
Tabalong sehingga ada diversifikasi usaha bagi petani karet yang
berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat,” jelas Anang.
Pembangunan Bendungan
Kinarum oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalsel pada lahan seluas lima
hektare dan tahun ini dilanjutkan dengan pembangunan saluran sekunder dengan menggunakan
dana APBD provinsi. Karena itu Pemerintah Kabupaten Tabalong akan menyiapkan
lahan seluas 4,2 hektare untuk kelanjutan pembangunan saluran irigasi sekunder
di Bendungan Kinarum. Bendung Kinarum sendiri dibangun di Sungai Kinarum dengan
daerah layanan irigasi mencakup Desa Kinarum seluas 139 hektare, Desa Pangelak
116 hektare dan Desa Marindi Kecamatan Haruai seluas 749 hektare.
Setelah redup beberapa
tahun dikarenakan tragedi air bah/banjir bandang (11/9/2010) kini riam kinarum
eksis lagi dengan wajah baru dan menjadi salah satu objek wisata alam andalan
di Kecamatan Upau bahkan menjadi salah satu andalan Kabupaten Tabalong.
BACA JUGA:
BACA JUGA:
- Objek wisata Riam Mambanin
- Objek Wisata Air Terjun Lano
- Objek Wisata Gunung Jawuk dan Bukit Mambanin
- Objek Wisata Riam Kinarum
- Objek Wisata Religi di Kabupaten Tabalong
Post a Comment