Di Kalimantan
Selatan terdapat dua sistem pertanian padi yang biasa dilakukan masyarakat. Sistem
yang pertama yaitu pertanian di lahan kering/gunung (ladang berpindah) dan
bertani di lahan basah (sawah). Sistem pertanian di lahan kering dalam bahasa
Banjar sering disebut dengan bahuma
lungkung sedangkan sistem pertanian di lahan basah di sebut dengan bahuma baruh.
Kedua sistem pertanian
ini mempunyai tekniknya masing-masing dalam pelaksanaannya, dimulai dari
pembersihan lahan hingga panen. Selain itu juga tata cara penanaman padinya
memiliki namanya masing-masing. Adapun menanam padi di baruh (sawah) dinamakan mamacak
sedangkan menanam pada ladang berpindah disebut dengan manugal/nugal.
Teknik menanam padi
dengan cara manugal biasanya dilakukan dengan cara bergotong-royong. Pertama-tama
pemilik ladang biasanya memberi tahu hari pelaksanaan manugal, sekaligus
mengundang orang berkisar 10 hingga 20 orang tergantung luas lahannya. Orang yang
biasanya keluarga dan tetangga rumah sekampung. Manugal/nugal ini biasanya diikiuti bukan hanya oleh orang tua
saja, melainkan anak-anak, laki-laki dan perempuan. Mereka saling berbagi
tugas, laki-laki biasanya bertugas melobangi tanah dengan menggunakan tongkat
kayu yang ditajamkan (asak), perempuan dan anak-anak memasukkan benih ke lobang
yang sudah disiapkan. Selain itu ada juga yang bertugas menyiapkan makanan dan
minuman, yang bertugas biasanya adalah pemilik lahan. Setelah lahan selesai di
tugali maka kegiatan selanjutnya yaitu selamatan atau puji syukur kepada Tuhan
sambil berdoa agar benih yang ditanam tadi akan menghasilkan padi yang melimpah
dan kegiatan yang terakhir adalah makan-makan.
Manugal adalah cerminan tradisi gotong-goyong yang ada di
masyarakat. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dulu dan diwariskan secara
turun-menurun ke generasi sekarang ini. Nugal
adalah tradisi yang unik karena memiliki makna dan filosofi kebersamaan dan
kekeluargaan. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh
karena itu setiap manusia pasti saling membutuhkan satu sama lain diberbagai
aspek kehidupan. Jadi, sudah sewajarnya di dalam kehidupan sehari-hari kita
saling membatu. Inilah pesan atau pelajaran yang bisa kita ambil dari tradisi
masyarakat dalam kegiatan manugal.
Post a Comment