Halloween Costume ideas 2015

HARUAI-WIRANG.blogspot.com

November 2016

1. Komplek Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari
MAKAM SYEKH MUHAMMAD NAFIS
Makam Syekh Muhammad Nafis

KUBAH SYEKH MUHAMMAD NAFIS
Kuabah Makam Syekh Muhammad Nafis

Syekh Muhammad Nafis al-Banjari (lahir di Martapura, Kesultanan Banjar, 1735 - meninggal di Kelua, 1812) adalah salah seorang Ulama Banjar yang cukup dikenal sebagai tokoh sufi yang tegas dalam melawan segala bentuk penindasan.
Di samping dikenal sebagai ulama yang ahli di bidang fikih, juga ahli dalam bidang tasawuf. Ia telah menulis sebuah kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf dengan judul Ad-Durrun Nafis. Kitab ini banyak didiskusikan dan diperdebatkan, karena materi-materinya yang dianggap kontroversi oleh para ulama fiqih.
Karena seringnya melakukan dakwah ke pedalaman, ia hanya sempat mengarang sedikit kitab. Sampai sekarang yang terlacak hanya dua buah kitab saja yaitu:
§  Kanzus Sa’adah, Yaitu kitab yang berisi tentang istilah-istilah ilmu tasawuf. Kitab ini belum pernah dicetak masih berupa manuskrip.
§  Ad-Durrun Nafis, Yaitu kitab yang berisi tentang pengesaan perbuatan, nama, sifat dan zat Tuhan.

Muhammad Nafis hidup pada periode yang sama dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Dan diperkirakan wafat sekitar tahun 1812 M. dan dimakamkan di Mahar Kuning, Desa Binturu, sekarang menjadi bagian desa dari Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong. Dan sekarang makam tersebut menjadi salah satu objek wisata religi di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
2.  Masjid Pusaka (Pasar Arba, Kec. Banua Lawas)
MASJID PUSAKA BANUA LAWAS

Menurut tradisi lisan, masjid Pusaka Banua Lawas didirikan oleh Khatib Dayan bersama-sama tokoh Dayak Maanyan seperti Datu Kartamina, Datu Sari Negara, Datu Sari Panji, Datu Rangganan dan datu lainnya yang telah memeluk agama Islam pada tahun 1625 M bersamaan dengan pendirian Masjid Pusaka pada tahun itu juga. Dilihat dari namanya,  kemungkinan Datu Sari Nagara dan Datu Sri Panji sebelumnya memeluk agama Hindu atau mungkin saja masih menganut agama lamanya itu dan turut membantu saudaranya yang telah memeluk agama Islam ketika membangun Masjid Pusaka, Banua Lawas.
Masjid Pusaka Banua Lawas adalah masjid tertua di Kabupaten Tabalong. Masjid ini dianggap keramat oleh masyarakat, tidak hanya oleh masyarakat disekitar Masjid Pusaka tetapi oleh masyarakat di seluruh Kalimantan Selatan. Masjid Pusaka ini menjadi saksi bisu awal perkembangan Islam di tanah Tabalong. 

Tidak heran sampai sekarang Masjid Pusaka ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah. Apabila kita berkunjung ke Masjid Pusaka, kita tidak hanya berwisata religi saja tetapi kita juga bisa belajar sejarah baik itu sejarah perkembangan Islam ataupun sejarah Perang Banjar karena di sana terdapat makam Penghulu Rasyid salah satu pejuang Perang Banjar.
3. Islamic Center
ISLAMIC CENTER TANJUNG

ISLAMIC CENTER TANJUNG

Islamic Center yang berada di banua Sarabakawa ini diresmikan pada tahun 2012 merupakan Islamic yang terlengkap se Asia Tenggara. Bangunan kebanggaan warga Tabalong ini berdiri pada 5 hektare tanah milik Pemerintah Kabupaten Tabalong menghabiskan biaya sekitar Rp. 52 Milyar. Islamic Center ini selaras dan sesuai dengan visi dan misi dari kabupaten Tabalong, yaitu “Mewujudkan Masyarakat Agamis dan Mandiri secara Intelektual”.
Mesjid Al Abrar merupakan bagian dari Islamic center. Tapi tidak hanya mesjid, di Islamic Center ini juga terdapat bangunan lain seperti sarana latihan haji, perpustakaan, dll. Desain unik dari Islamic Center ini, ternyata bukan hanya sebagai hiasan belaka. Tetapi ada makna yang tersembunyi dari desain itu. Seperti misalnya pada atap Mesjid yang kebanyakan biasanya berbentuk kubah melengkung keluar, sedangkan desain pada Mesjid Al Abrar ini malah melengkung kedalam (seperti piring atau mangkuk). Hal ini mempunyai arti seperti tangan seorang hamba yang sedang berdoa kepada Allah SWT. Selain bentuk yang unik, seluruh dinding bangunan dihiasi kaligrafi Islami dan juga ornamen yang berbentuk geometris. Sehingga menambah daya tarik dari bangunan ini.
Lokasi Masjid Raya Al-Abrar dan Tabalong Islamic Center yaitu Jl. Ahmad Yani, Tanjung, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Tempat ini menjadi tempat wisata religi baru dan menjadi kebanggaan bagi warga Tabalong.
4. Makam Haji  Pangeran Abu Bakar
KUBAH PANGERAN ABU BAKAR

Mendengar nama Pangeran Abu Bakar mungkin masih banyak orang yang tidak tahu dengan beliau. Namun bagi di Desa Marindi khususnya dan Kecamatan Haruai pada umumnya mengenal atau paling tidak mengetahui di mana makam beliau.
Haji Pangeran Abu Bakar adalah seorang pejuang pada masa Perang Banjar sekaligus juga sebagai ulama yang mendakwahkan ajaran Islam di Desa Marindi dan sekitarnya.


Jika ada orang dari luar daerah yang berkunjung ke Tabalong dan ingin mencicipi masakan khas daerah ini, rekomendasi utama pasti Gangan Paliat. Gangan Paliat adalah salah satu masakan khas Kabupaten Tabalong. Masakan ini sering dijakan lauk untuk makan biasanya disajikan dengan nasi.
Nama Paliat berasal dari desa tempat makanan ini berasal, yaitu Desa Paliat, Kecamatan Kelua. Masakan tradisional ini terbuat dari santan kental dan bumbu kunyit, jahe, kemiri, bawang merah yang dicampur dengan jeruk purut yang nikmat dan segar. Itulah mengapa makanan ini disebut Gangan Paliat.
Menu utama Gangan Paliat biasanya ikan Banung, Udang, ikan Patin dan ikan Gabus/Haruan.
Gangan Paliat bisa ditemui di Pasar Kelua di hari Kamis, Pasar Tanjung, Pasar Mabuun setiap hari Sabtu dan pasar-pasar lainnya.
Resep membuat Gangan Paliat khas Tabalong:
Bahan-bahan yang Dibutuhkan untuk Gangan Paliat:
  • Kunyit, kemiri, laos, dan lombok merah dipotong kecil-kecil lalu disangrai hingga kering. Lalu ulek bersamaan hingga halus. Kemudian rebus hingga matang bersama serai. Bumbu ini akan digunakan sebanyak 20 gram
  • Ikan basah dari sungai atau laut sebanyak 1 kg
  • Santan kental sebanyak 1 lt
  • Jeruk purut sebanyak 3 biji
  • Bawang merah sebanyak 25 gram
  • Asam jawa yang sudah diperas sebanyak 100 cc
  • Penyedap rasa secukupnya
  • Garam secukupnya
Cara Membuat Gangan Paliat Khas Tabalong:
  1. Potong ikan sesuai dengan kebutuhan. Gunakan jeruk purut untuk mencuci ikan hingga bersih.
  2. Rebus santan hingga mendidih dan masukkan bumbu beserta ikan. Tambakan juga bawang merah yang sudah dirajang.
  3. Aduk hingga merata dan biarkan rebusan ikan dan santan mendidih lagi.
  4. Jika sduah mendidih, angkat. Kemudian tambahkan perasan air jeruk purut.
  5. Gangan paliat sudah siap disajikan dalam keadaan hangat.


SELAMAT MENCOBA !!!!!

Jika kita melihat pentas-pentas budaya yang ditampilkan diberbagai daerah, kita sering hanya melihat pentas seni, seperti tari-tarian, musik, drama dan pentas seni lainnya. Namun, tahukan kalian jika kesenian itu hanya satu bagian dari tujuh unsur kebudayan?.
Berikut penjelasan mengenai 7 unsur kebudayaan:

1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya

Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit

Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:

a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.

Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.

Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.


A.    Kabupatena Tabalong
Kabupaten Tabalong merupakan kabupaten paling utara dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibu kota Tanjung, yang mana letaknya sangat strategis, yaitu di segitiga emas Kalimantan (ujung Kalsel, ujung Kaltim, dan Ujung Kalteng) luasnya 3.946 km² dengan terdiri adari 12 Kecamatan.
Secara geografis Kabupaten Tabalong terletak pada 1,18o LS – 2,25o LS, dan 115,9° BT – 115,47° BT sedangkan Grid Propinsi Kalimantan Selatan dari Proyeksi UTM terletak pada Grid CE – 25 sampai BD – 39 dengan koordinat x = 295.000 M dan y = 9.735.000 M pada zone 5° LS, dengan batas-batas wilayah yaitu:
1.      Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur.
2.      Sebelah Timur berbatasan dengan provinsi Kalimantan Timur.
3.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Balangan
4.      Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan.
Mengenai kepadatan penduduk dari Kabupaten Tabalong itu sendiri, berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah keseluruhan penduduk adalah 218.954 jiwa, dengan rasio jenis kelamin adalah 103. Dalam mempercepat tumbuhnya pembangunan, di Kabupaten Tabalong membagi 3 wilayah pengembangan pembangunan[1], yaitu:
1.      Wilayah Pengembangan Pembangunan Utara
Meliputi Kecamatan Haruai, Bintang Ara, Muara Uya, Upau dan Jaro dengan Pusat pengembangannya di Kecamatan Muara Uya, dengan potensi dan orientasi kepada perkebunan/pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, kehutanan, daerah transmigrasi serta pariwisata. Wilayah pengembangan ini merupakan daerah dataran tinggi, dimana pegunungan Meratus membentang.
2.      Wilayah Pengembangan Pembangunan Tengah
Meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung, Tanta, dan Murung Pudak dengan Pusat Pengembangan di Kecamatan Tanjung, dengan potensi dan berorientasi pada lahan pangan, perkebunan, wilayah ini juga sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, kebudayaan, serta pariwisata daerah. Daerah pembangunan ini sangat potensial karena letak dari Kota Tanjung itu sendiri merupakan transit antar provinsi (Kalsel, Kaltim, dan Kalteng) didukung dengan jalan raya dan lapangan terbang.
3.      Wilayah Pengembangan Pembangunan Selatan
Wilayah ini meliputi empat Kecamatan yaitu Kecamatan Kelua, Pugaan, Muara Harus dan Banua Lawas dengan pusat pengembangan di Kecamatan Kelua, pada wilayah ini di dominasi oleh dataran rendah dan rawa dengan potensi dan orientasi di bidang pertanian pangan, peternakan unggas, dan perikanan.

B.     Potensi Kekayaan Alam (pertambangan, pertanian dan perkebunan, perikanan dan peternakan, pariwisata)
Kabupaten Tabalong yang memiliki kondisi geografis yang beragam menyimpan pontensi kekayaan alam yang luar biasa.  Selama ini Kabupaten Tabalong dikenal sebagai kabupaten panghasil batubara terbesar di Kalsel bahkan di Indonesia. Selain batubara sebenarnya Kabupaten Tabalong juga memiliki berbagai jenis kekayaan alam lainnya.
Berikut potensi-potensi kekayaan alam yang ada di Kabupaten Tabalong:
1.      Sektor Pertambangan
a.       Perusahaan Tambang Batubara (PT. Adaro Indonesia)
PT. Adaro Indonesia merupakan perusahaan tambang batubara terbesar di Kalimantan Selatan. Wilayah tambang PT. Adaro meliputi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan.
Keberadaan perusahaan tambang batubara ini dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Tabalong karena banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu juga cabang-cabang perusahaan Adaro seperti PT. SIS, PAMA, BUMA dan lainnya juga banyak menyerap tenaga kerja bagi masyarkat Tabalong.



b.      Perusahaan Semen (PT. Conch South Kalimantan Cement)
PT. Conch South Kalimantan Cement merupakan perusahaan yang memproduksi semen. Perusahaan ini terletak di Desa Seradang, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong. Berproduksi mulai pada tahun 2012 dan menjadi perusahaan semen terbesar di Indonesia.
c.       Minyak Bumi
Tabalong juga memiliki cadangan minyak bumi yang di kelola oleh PT. Pertamina EP Tanjung. Perusahaan ini terletak di Kecamtan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong.
2.      Sektor Pertanian dan Perkebunan
a.       Perkebunan karet
Berkebun karet atau petani karet merupakan mata pencaharian utama masyarakat Tabalong khususnya yang berada di wilayah utara. Karet menjadi penopang hidup masyarakat secara turun-menurun. Walaupun banyak juga masyarakat yang bekerja dibidang jasa, berdagang dan pekerjaan lain, tetapi petani karet menjadi pekerjaan mayoritas di Kabupaten Tabalong. Kabupaten Tabalong juga terkenal sebagai penghasil karet terbesar di Kalimantan Selatan.

b.      Perkebunan sawit
Di Kabupaten Tabalong juga terdapat perkebunan kelapa sawit, yaitu terletak di Desa Hayup Kecamatan Haruai. Perkebunan kelapa sawit ini di bawah naungan perusahan PT. Astra Agro Lestari.

c.       Pertanian (sawah dan ladang)
Khusus untuk pertanian wilayah pengembangannya lebih banyak berada di wilayah selatan Kabupaten Tabalong. Keadaan geografisnya yang berupa dataran rendah sangat mendukung untuk dikembangkannya pertanian.
3.      Sektor Perikanan dan Peternakan
a.       Peternakan sapi
Peternakan sapi di Kabupaten Tabalong banyak dikembangkan di kecamatan Jaro.
b.      Budidaya ikan air tawar
Budidaya ikan air tawar di Tabalong lebih banyak dikembangkan menggunakan keramba daripada tambak. Adapun sentra tambak ikan air tawar terdapat di Kecamatan Kelua dan Banua Lawas.
4.      Sektor Pariwisata
Berikut daftar wisata alam yang ada di Kabupaten Tabalong:
1)      Danau Biru (Desa Pugaan, kec. Pugaan)
2)      Riam Tampalihung (Desa Panaan, Kec. Bintang Ara)
3)      Riam Mambanin (Desa Marindi, kec. Haruai)
4)      Riam Kinarum (Desa Kinarum, kec. Upau)
5)      Gunung Sialing (Desa Nawin, kec. Haruai)
6)      Goa Liang Kantin (kec. Jaro)
7)      Goa Liang Tapah (Desa Garagata, kec. Jaro)
8)      Liang Pundun (Desa Purui, kec. Jaro)
9)      Air Terjun Lano ( Desa Lano, kec. Jaro)
10)  Wisata Arum Jeram (Desa Salikung, kec. Muara Uya)
11)  Riam Mesi (Desa Salikung, kec. Muara Uya)




"Cara berpikir yang mengatakan kekayaan bangsa adalah minyak, gas, tambang, adalah cara berpikir penjajah kolonial.
Kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya"
-Anis Baswedan, ketika menjabat sebagai mentri Pendidikan



[1]               BAPPEDA dan BPS Kabupaten Tabalong, Monografi Kabupaten Tabalong 2009


Ratu zaleha merupakan puteri dari sultan Muhammad Seman dan cucu dari Pangeran Antasari. Dia lahir di Muara Lawung pada tahun 1880.

Cucu dari pahlawan ini juga merupakan pejuang dalam mengusir penjajah saat terjadi Perang Banjar. Perjuangan tersebut dilakukannya untuk meneruskan cita-cita Pangeran Antasari dalam merebut kemerdekaan.

Ratu Zaleha berjuang bersama dengan wanita-wanita suku Dayak yang telah memeluk Islam. Teman seperjuangannya antara lain Bulan Jihad, Wulan djihad, Illen Masidah.

Ratu Zaleha dikenal sebagai salah seorang tokoh emansipasi wanita di Kalimantan. Dia memiliki nama asli Gusti Zaleha.

Ratu Zaleha menikah dengan Gusti Muhammad Arsyad. Mereka berdua berjuang bersama ayah Ratu Zaleha dalam melawan Belanda. Setelah Benteng Manawing jatuh, mereka bersembunyi ke Lahei dan selanjutnya ke Mia di tepi Sungai Teweh.

Namun, Ayahnya gugur yang ditandai dengan jatuhnya Benteng Manawing. Dengan begitu, Perang Banjar pun dikatakan berakhir.

Suaminya tertangkap dan menyerah kepada Belanda. Ratu Zaleha lalu berlanjut berjuang seorang diri. Namun, karena kesehatannya memburuk, Belanda menangkapnya dengan mudah pada 1906.

Pengasingan
Kemudian suami-istri tersebut diasingkan ke Bogor pada 1 Agustus 1904. Masa pengasingan tersebut dijalani Ratu Zaleha bersama dengan sang ibu, Nyai Salamah.

Keluarga Ratu Zaleha terkenal dengan keberaniannya melawan Belanda. Belanda pun menjulukinya dengan kelompok Pagustian yang berbahaya di Kalimantan Selatan dan Tengah.

Seluruh tujuh anggota keluarganya turut diasingkan. Dia hidup dalam pengasingan. Selang beberapa waktu sebelum meninggal dunia, dia kembali ke kampung halaman. Jenazahnya pun dimakamkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Selama 31 tahun Ratu Zaleha bersama keluarganya di pengasingan. Mereka kemudian diizinkan kembali ke Banjarmasin, 1937. Pada 11 Januari 1954, Bulan Jihad turun dari gunung setelah 49 tahun mengasingkan diri. Dia sangat sedih setelah empat bulan baru tahu Ratu Zaleha sahabatnya mendahuluinya.

Walaupun Ratu Zaleha telah tiada, tetapi harum namanya tak pernah sirna di hati rakyat Kalimantan. Ratu Zaleha menjadi simbol emansipasi wanita Banjar, juga namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit umum di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Dia meninggal pada 23 September 1953, dimakamkan di kompleks makam raja-raja Banjar di Banjarmasin. Saat ini, untuk mengenang Ratu Zaleha, Pemerintah Martapura, Kabupaten Binjai, menamai rumah sakit umum daerahnya dengan nama Ratu Zaleha.

Himpun kekuatan

Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang dan Bakumpai. Suku Banjar bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad seorang perempuan yang sangat pemberani yang selalu bahu-membahu di medan pertempuran.

Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad masuk Islam. Tidak ketinggalan pula mereka memberikan pelajaran baca-tulis Arab Melayu dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar serta memberikan penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.

Ratu Zaleha sangat murka manakala suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap lalu diasingkan ke Bogor pada 1904. Tetapi, ia tidak pernah kenal surut dan terus mengadakan perlawanan yang tinggi mempertahankan Benteng Manawing dan Tambang Batu Bara Oranje Nassau atas gempuran Belanda yang lengkap alat persenjataannya.

Ratu Zaleha dianggap macan wanita yang tidak mau tunduk kepada Belanda. Perang berjalan lima tahun. Tetapi, kondisi fisik Ratu Zaleha mulai menurun karena kelelahan dan pasukannya juga satu per satu gugur dalam suatu pertempuran yang sangat tidak berimbang.

Pada Juni 1905, pasukan Ratu Zaleha dilumpuhkan. Dia ditangkap dan diasingkan ke Bogor bersama ibunya, Nyai Salmah, dan suaminya, Gusti Muhammad Arsyad.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam



Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality) menjadi sejarah sebagai kisah (history as written). Dalam ruang lingkup Ilmu Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah.

Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what(apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), danhow (bagaimana). Pertanyaanpertanyaan itu konkretnya adalah: Apa (peristiwa apa) yang terjadi? Kapan terjadinya? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu? Mengapa peristiwa itu terjadi? Bagaimana proses terjadinya peristiwa itu?

Dalam proses penulisan sejarah sebagai kisah, pertanyaan-pertanyaan dasar itu dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang perlu diungkap dan dibahas. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus menjadi sasaran penelitian sejarah, karena penulisan sejarah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi (kejelasan) mengenai signifikansi (arti penting) dan makna peristiwa.

PROSES PENELITIAN SEJARAH

2.1 Pemilihan Topik Penelitian

Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan topik yang akan diteliti. Dalam bidang sejarah, topik penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan.

a) Topik itu harus menarik (interesting topic), dalam arti menarik sebagai obyek penelitian. Dalam hal ini termasuk adanya keunikan (uniquenesstopic).

b) Substansi masalah dalam topik harus memiliki arti penting (significant topic), baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi kegunaan tertentu.

c) Masalah yang tercakup dalam topik memungkinkan untuk diteliti (manageable topic). Persyaratan ini berkaitan dengan sumber, yaitu sumber-sumbernya dapat diperoleh.

Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila sumber-sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah dalam topik tidak akan dapat diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus memiliki wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis.

2.2 Studi Pendahuluan

Setelah topik penelitian ditentukan, segera lakukan studi pendahuluan. Cari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat data atau informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat memahami ruang lingkung penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) obyek penelitian.

Ruang lingkup penelitian itu kemudian dituangkan dalam rencana kerangka tulisan (laporan penelitian). Sementara itu, telaah pula bibliografi/daftar pustaka pada setiap sumber acuan utama yang berupa buku ilmiah. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat tambahan informasi sumbersumber yang diduga memuat data tentang masalah yang akan diteliti. Catat identitas sumber-sumber itu menjadi bibliografi kerja.

2.3 Implementasi Penelitian

Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil
penelitian).

2.3.1 Heuristik

Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-lain. Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi. Sumber sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa. Peneliti harus mengetahui benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber primer harus ditemukan, karena penulisan sejarah ilmiah tidak ukup hanya menggunakan sumber sekunder. Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif, dua unsur penunjang heuristik harus diperhatikan.

a) Pencarian sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan kerangka tulisan. Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang tersirat dalam kerangka tulisan (bab dan subbab), peneliti akan mengetahui sumbersumber yang belum ditemukan.

b) Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami sistem katalog perpustakaan yang bersangkutan.

2.3.2 Kritik Sumber

Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan? Apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu? Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber.

Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan.

2.3.3 Interpretasi

Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.

2.3.4 Historiografi

Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.

Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.

a) Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kaya ilmiah dituntut untuk menggunakan kalimat efektif.

b) Merperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan penujukan sumber.

c) Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks permasalahannya.

d) Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.

Kaidah-kaidah tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan, karena kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula oleh format penyajiannya.

Kesimpulan

Penelitian sejarah harus dilandasi atau berpedoman pada kaidah-kaidah metode sejarah. Jika tidak, penelitian itu hanya akan menghasilkan tulisan sejarah semi ilmiah atau bahkan sejarah populer. Oleh karena itu calon peneliti sejarah harus memahami kaidah-kaidah metode sejarah dan mampu mengimplementasikannya, agar penelitian itu menghasilkan karya sejarah ilmiah.

Penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi mengenai permasalahan yang dibahas. Eksplanasi itu diperoleh melalui analisis. Untuk mempertajam analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan teori sejarah perlu ditunjang oleh teori dan/atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.). Dengan kata lain, penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah yang dibahas, perlu dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan pendekatan multidimensional (multidimensional approach). Hal itu sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.

Oleh karena itu, penelitian sejarah dan hasilnya dapat membantu penelitian dan pengembangan kebudayaan. Sejarah mengkaji aspek-aspek kehidupan manusia di masa lampau, termasuk kebudayaan.


Sumber ;
1.    http:andripradinata.blogspot.co.id
2.    Materi penyuluhan dalam "Workshop Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan; Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman Data" tanggal 12-14 Februari 2008 yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, kerjasama dengan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Theme images by mammuth. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget